Rabu, 01 Juli 2015

baca-baca di taman dua tahun

 
dua tahun baca-baca di taman doc.KBBT_Uu
Sabtu, 6 September 2015

Satu-satu daun berguguran, jatuh ke bumi dimakan usia, tak terdengar tangis, tak terdengar tawa redalah reda.
Satu-satu tunas muda bersemi mengisi hidup gantikan yang tua, tak terdengar tangis, tak terdengar tawa redalah reda”.

                Mungkin untuk penggemar musik sudah enggak asing lagi sama sepotong lirik ini khususnya untuk para fans/penggemar nya yang tergabung dalam Fals mania dan OI bersatulah (OI: Orang Indonesia) sudah pasti tahu lagu satu-satu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Iwan Fals yang menggambarkan sebuah putaran/siklus kehidupan (kelahiran dan kematian), ngemeng-ngemeng alias ngomong-ngomong soal kelahiran khususnya kelahiran anak manusia sudah pasti membawa kebahagiaan untuk keluarganya terutama Ibu dan Bapaknya, sampai saat ini umunya momen kelahiran selalu dirayakan dengan kegembiraan, pesta besar-besaran kecuali untuk keluarga yang ekonomi menengah kebawah, jangankan untuk merayakan ultah nyari makan aja empot-empotan alias susah sampe harus banting tulang, peras keringat, kaki jadi kepala-kepala jadi kaki, waduh lebay amat sih. Amat saja enggak lebay. Ya tapi emang begitu keadaanya, tapi ada juga yang mau merayakanya dengan mengajak lingkungan yang kurang mampu untuk berbagi kebahagiaan yang sama.

“cekkk....cekkkk....cekkkk” sambil menggelengkan kepala
 “ema berat hidup ini di Negara Dunia ke-3 (Indonesia), Cuma katanya doank negaranya kaya raya dengan budaya, tambang, hutan, sawah, kebun, DLL.”
“tapi ....yaaaa semua Cuma dongeng belaka, buat pengantar lelap si Buyung”
“hummm...hummmm..............huszzzz..huszzzz” menarik nafas panjang dan menghembuskanya lagi, kapan yaaaa bisa terealisasi/terlaksanakanya pasal 33 dan sila ke-5 dari Pancasila.

                Mulai dari bundaran HI dengan menggelar beberapa zine buatan Komazine lalu pindah ke Taman Menteng yang dulu bekas stadion menteng tempat berlatihnya Tim Persija tim sepakbola kesayangan masyarakat kota Jakarta, enggak terasa juga sudah 2 tahun KBBT sedikit mengisi kekosongan ruang publik yang sudah jarang dimanfaatkan dan dihidupkan dengan suatu hal yang positif, karena image/stereotip yang melekat pada taman. Taman itu tempat mesum, tempat nonkrong anak muda buat mabok, Khususnya untuk Taman Menteng yang mempunyai image negatif sedikit-sedikit bergeser mendapatkan image positif karena beberapa kegiatan positif para komunitas, ada komunitas Parkur, Skate, Basket, Futsal, Safel, Sepeda, Penggemar Hewan, Buku, DLL.
 
baca di taman menteng doc.KBBT_azis
                KBBT yang berkegiatan Membaca, diskusi, menulis & bermusik walaupun masih tahapan belajar karena umurnya yang masih belia, perjalanan yang masih diusia belianya enggak semulus yang diperkirakan orang-orang yang belum mengenal baik komunitas ini, dari sedikit gesekan dengan kru PH (Produktion House) karena rebutan lokasi/tempat, sampai aparat keamanan yang tidak suka menanyakan izin berkegiatan, kenapa dibilang enggak suka kenapa di tanya izin pas udah beberapa bulan jalanya kegiatan KBBT, mungkin khilaf kalee yaa. Emang bener kata Slamet yang diperankan Dono di salah satu film Warkop DKI, “Jakarta kota keras, siapa yang enggak kuat bakal tergilas” yaaaaa kurang lebih begitulah kutipan dari si Slamet anak juragan tembakau terkaya di kampungnya, yang kemungkinan sebentar lagi jatuh miskin karena pemerintah mendukung kampaye anti kretek yang merupakan titipan dari pemodal asing untuk menghancurkan Industri dalam negri khususnya rokok kretek, yaaa begitulah sistem kapitalisme, kapitalis besar mencaplok kapitalis kecil untuk mempertahankan hidup si kapitalis besar, udah sperti hukum rimba aja yang kuat memakan yang lemah emang enggak beradab. Di perayaan Ultah KBBT ke-2 dengan tema “Menjalin Persatuan dan Mempererat Persaudaraan “ dan enggak lupa dengan slogannya “Mau Pintar Kenapa Harus Bayar”. Banyak dari kawan-kawan yang hadir dari komunitas maupun individu yang hadir diperayaan ultah KBBT ke-2 setiap dari masing-masing komunitas dan individu ikut mengisi acara bisa berupa musik, puisi DLL.
akustikan di baca di taman menteng doc.KBBT_uu

                Pembukaanya diawali dengan dendangan musik dari Jibal dan kawan-kawanya, langsung dilanjutkan dengan pembacaan puisi dari Agoes salah satu penggiat di KBBT , puisi yang dibawakan hasilkarya dari om Heri Latif sastrawan Indonesia yang tinggal di Belanda yang aktif di Lembaga Sastra Pembebasan, tapi yang paling istimewa kedatangan dari kawan-kawan Bizink yang jauh-jauh dari Tegal mengorbankan waktunya untuk suport ke acara 2 tahun KBBT, Bizink memeriahkan 



baca di taman menteng doc.KBBT_agoes



Taman Menteng yang semakin malam semakin hangat dengan susana kebersamaan dengan mendendangkan beberapa lagu ciptaan mereka sendiri dan enggak mau kalah salah satu anggotanya si Petruk ikut menambah kehangatan dengan pembacaan puisi hasil karyanya sendiri, oh iya Aep anggota dari Formasi (Forum Mahasiswa Isip) ikut berpuisi ria  dengan begitu menjiwai puisi yang dibawakanya membuat tamu yang hadir melihat kagum atas penampilan Aep. Termasuk Mbak Tari yang membawakan lagu yang berjudul tegakkan pasal 33 hasil ciptaanya sendiri isinya tentang keadilan untuk rakyat Indonesia dibidang Ekonomi dan Sosial ikut kagum melihat penampilan dari Aep. Tetapi ada sedikit kekecewaan dari anggota KBBT karena salah satu kawan dari Utara (Bgenk) yang selalu setia datang untuk mensuport diacara rutinan di Rumah Kaca enggak bisa hadir di acara 2th KBBT, kalo kata kawan-kawan menteng dia itu Sid Vicious nya KBH (komunitas Bendera Hitam) tapi kekecewaan bisa diobati dengan penampilan dari The Gags band Punk dari KBH yang waktu itu penampilanya diisi sama Mely Puke, Aji, Doyox, dkk sory yang enggak disebut namanya agak lupa. Rutot (Rusak Total) dari Amatir Noise juga enggak mau ketinggalan memeriahkan Taman Menteng, makasih yaaaa om Bejo, dkk jangan kapok yaaaa,  yaaaaaaaa tentu ajaa  Infus KBBT menambah panas suasana, band yang belum lama dibentuk yang isinya anggota dari KBBT membawakan lagu “Dasarnya Merdeka”  karena manusia itu memang dasarnya sudah merdeka.
 
depan rumah kaca KBBT_agoes
                Ada sedikit yang lucu dari acara yang sedang berlangsung didepan Rumah Kaca ada band orkes dari Rawamangun yang sudah hadir tapi pas dipanggil untuk tampil, mereka konfirmasi kepanitia buat ngebatalin tampil, alasanya peralatan musik yang dibawa elektrik, memang keterbatasan diacara 2th KBBT itu tidak memakai panggung & menggunakan peralatan seadanya, karena menurut kami semua tempat itu bisa dijadikan panggung & tetap bisa berkarya dengan alat seadanya. Marbucek yang sudah beberapakali hadir diacara rutinan ikut suport di malam itu, melihat semua penampilan, penampilan Marbucek yang paling gokil tapi penampilan dari kawan-kawan Sumenep (Tosari) yang paling berkesan, bukan Cuma penampilan dan lagunya yang berkesan, tapi histori/sejarah antara anggota KBBT dan Kawan-kawan dari Sumenep aksi bareng dikedutaan besar Rusia menentang pencekalan kebebasan berexpresi yang dilakukan presiden Rusia Vladimir Putin ditahun 2012 dengan menangkap para personel Pussy Riot (band punk rock wanita asal Rusia) dengan alasan melecehkan tempat ibadah dan negara, Menurut Putin aksi Band Pussy Riot yang bernyayi didalam gereja itu merupakan pelecehan tehadap tempat ibadah dan isi lagunya dianggap mengganggu stabilitas pemerintahaan Putin, yang isi lagunya merupakan kritik terhadap pemerintahan Putin. 
 
akustikan baca di taman doc.KBBT_uU
                Ada dari beberapa tamu yang pertamakali hadir diacara KBBT yang berkegiatan didepan Rumah Kaca (Ikonnya Taman Menteng) agak sedikit bingung dengan keaneka ragaman orang-orang yang hadir, emang keanekaragaman Cuma dimiliki flora & fauna dan Cuma mereka doank yang perlu dilindungi, masyarakat Indonesia yang bebeda-beda jua harus dipelihara bahkan dibudayakan, coba inget semboyan negara kita yang digenggam erat kedua kaki sang Garuda (Bhineka Tunggal Ika), sekarangkan bukan zamannya Suharto yang fasis, selalu menyeragamkan dan bertindak dengan otoriter untuk kepentingan pemodal Asing. Ada juga yang menganggap KBBT itu Nasionalis atau mungkin Anarkis atau bahkan Sosialis asal jangan Fasis aja bisa berabe urusanya hahahahaha..., semua anggapan itu selalu ditanggapi dengan senyum lebar yang semringah, untuk apa suatu label/ klaim suatu Ideologi kalo itu Cuma sebagai label/klaim belaka enggak ada pembuktianya, jadilah pelaksana kata-kata jangan bersenbunyi dibalik kata-kata dan bahkan lebih merdu kentut ketimbang suara lantang & juga lebih wangi tahi/kotoran dari pada aroma mulut si suara lantang, karena suara lantangnya Cuma berisi retorika belaka bahkan mungkin juga lebih indah tulisan/puisi/sastra seseorang yang baru belajar menulis walaupun isinya Cuma curhat belaka tetapi dia tulus menulisnya dari hati & pikiranya, dibandingkan penulis terkenal berlabelkan sastrawan dan mendapatkan penghargaan atas tulisanya, tetapi Cuma untuk meracuni & mencemarkan pikiran pembacanya. Yang berbau Revolusioner itu yang menjual kwkwkwkwkwkwkwkwkww... itu mah bukan revolusioner tapi retorika doank… kalau kata Emak lebih enak ngomong dari pada BAB alias buang air besar & airbah kaleee banjir donk, kalau ngomong tinggal mangap aja udah jadi ngomong, kalo BAB harus copot perabotan dulu (celana/rok & CD), ngeden, sentor, bersih-bersih terus pake lagi deh perabotanya. Ribetkan apa lagi kalo enggak ada air waduh bisa berabe tuhhh.    

Agoes penggiat KBBT













0 komentar:

Posting Komentar