![]() |
doc: intan provoke #94 |
Mau teknologi terus berkembang sampe bikin kita keriting,
Tapi membaca buku itu tetap penting!
Berangkat dari kegelisahan 6 orang yang
merasa harusnya buku jadi sesuatu yang gampang didapet, Edwan, Aziz, Agus, Edi,
Dimas,dan Apri akhirnya bikin sebuah kegiatan Baca-Baca di Taman tepat dua
tahun lalu. “Banyak orang yang pengen baca buku, cuma kadang mereka nggak
sempet buat dateng ke toko buku atau perpustakaan, jadi kami akhirnya
berinisiatif buat mendatangi mereka ke sini biar mereka bisa baca buku,” cerita
Edwan sebagai humas Komunitas Baca-Baca di Taman (KBBT) di Taman Menteng.
Dari sekian banyak taman yang ada di Jakarta, menurut mereka
Taman Menteng paling strategis sekaligus bersejarah. “Iya dulunya sebelum
berubah jadi taman, ini kan stadion sepak bola yang bersejarah bangetbuat
Indonesia. Udah gitu, kalo di taman lain (misal:Taman Suropati), udah banyak
kegiatannya. Jadi kitamilih di sini, karena belum ada kegiatan yang semacam ini
di sini,” aku Edwan lagi.
Konsep baca-bacanya sendiri juga sederhana banget. Kalian
bisa baca buku apa aja di sana secara gratis.Baik itu buku bawaan sendiri atau
yang disediain KBBT. “Kita kan bagian dari publik dan taman ini kan salah satu
ruang publik. Kenapa nggak kita mengisi Taman Menteng ini dengan aktivitas baca
buku sebagai bentuk partisipasi kita di negara demokrasi.” Edwan dan kelima
temen penggiat lainnya Cuma pengen mengajak orang-orang yang ada di sana buat
baca buku. “Kalo nggak baca, minimal bawa buku aja, biar kita di sini bisa
saling berkomunikasi. Komunikasi
itu kan terjadi karena ada kesamaan. Nah dari
sama-sama bawa buku jadinya kan kita bisa ngobrol
dan diskusi,” tambahnya.
KBBT selalu hadir tiap malam minggu jam 19.30 sampe 22.30 wib tepat di
depan rumah kaca Taman Menteng, Jakarta. Dengan kertas bertulis “Mau Pintar, Kenapa
Musti Bayar” yang ditempel di kaca dan deretan buku yang digelar di atas kain
hitam sederhana, kalian bisa dengan gampang menemukannya. Buku-buku yang mereka
sediakan juga bervariasi. Mulai dari buku-buku lama yang susah ditemuin, seperti
novel Keluarga Cemara, Larung, komik, buku politik, sosial, budaya,
sampe majalah. Mereka juga nggak keberatan buat membelikan buku yang sama kalo
kalian mau. “Pernah ada yang mau beli buku yang ada di sini. Cuma karena kami
emang sukabuku, jadi nggak bakal kami jual. Tapi kalo bisa kami belikan, nanti
kami belikan buku yang sama.” Oh iya, nggak cuma bisa baca buku apa aja secara gratis, kalian juga
bisa ikut diskusi bareng dengan topik apa aja. Mulai dari musik, film, budaya,
sampe politik juga pernah mereka bahas. Soalnya KBBT punya dua kegiatan
diskusi, yaitu Bincang Ringan dan Mikir Keras. Kalo Bincang Ringan,
pembicaranya itu adalah dari temen-temen KBBT, sementara Mikir Keras ada pembicara
tamu dari luar. Selain itu, mereka juga sering bikin pementasan budaya, seperti
baca puisi.
Nah biar suasana bacanya tambah seru, mereka pun menyediakan ruang
buat siapa aja bermain musik. “Banyak juga yang sengaja dateng ke sini, bukan
buat baca buku, tapi buat akustikan. Dan itu kita bebaskan. Lumayan buat bikin
suasana jadi meriah dan nggak bosen,” kata Edwan yang mengaku kalo tim KBBT akhirnya
ikut bikin band juga bernama Infus.
Tapi yang namanya menggunakan fasilitas
publik,pasti ada aja yang kendalanya. “Macem-macem sih. Awal kami di sini, kami
dianggap aneh. Taman kan biasanya tempat pacaran. Kami juga pernah dicurigai menjual
buku sampe-sampe lampu dari rumah kacayang jadi alat penerang utama kami buat
baca, pernah dimatiin secara sengaja. Akhirnya ada pembaca yang nyeletuk deh, Baca-baca
apaan gelap-gelapan gini? Nggak
jelas. Ya untungnya kami
tetep konsisten. Jadi, ya udah terus aja,” cerita Edwan. Sejauh ini, kata Edwan
orang-orang mulai sadar sama keberadaan KBBT di Taman Menteng. Mulai dari
ibu-ibu yang sengaja bawa anaknya ke sini buat baca. Mereka yang kebetulan
lewat atau yang sengaja jauh-jauh ke sini buat baca aja. Tapi nggak sedikit
juga yang sengaja pengen baca dan bawa buku sumbangan. Pada akhirnya, KBBT dan
mereka yang mulai senang baca buku di sana berharap ruang publik ini bisa terus
mereka manfaatkan buat kegiatan membaca. “Ke depannya sih kita jangan
diganggu-ganggu lagi sama kegiatan-kegiatan komersil, kayak syuting sinetron.
Orang yang lagi santai baca-baca terpaksa harus minggir dan pindah dari sini ke
sana. Terus ke sana. Ke sana. Sampe lama-lama hak publik itu tersingkir sama
kegiatan komersil.”
Ada satu pesen keren KBBT nih dari kutipan Milan Kundera. “Jika ingin
menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah
bangsa itu akan musnah.” Jadi, mari bawa buku, buka, dan baca-baca di taman.
Langsung follow aja twitternya @bacaditaman kalo lo mau lebih tahu lengkap. Mau kasih
buku juga boleh banget lho.
(Intan provoke magazine edisi
94 oktober 2014)
0 komentar:
Posting Komentar