Jumat, 12 Juni 2015

SEBARKAN BUDAYA MEMBACA DARI DEPAN RUMAH KACA

doc: intan provoke #94 


Mau teknologi terus berkembang sampe bikin kita keriting,
Tapi membaca buku itu tetap penting!

Berangkat dari kegelisahan 6 orang yang merasa harusnya buku jadi sesuatu yang gampang didapet, Edwan, Aziz, Agus, Edi, Dimas,dan Apri akhirnya bikin sebuah kegiatan Baca-Baca di Taman tepat dua tahun lalu. “Banyak orang yang pengen baca buku, cuma kadang mereka nggak sempet buat dateng ke toko buku atau perpustakaan, jadi kami akhirnya berinisiatif buat mendatangi mereka ke sini biar mereka bisa baca buku,” cerita Edwan sebagai humas Komunitas Baca-Baca di Taman (KBBT) di Taman Menteng.

Dari sekian banyak taman yang ada di Jakarta, menurut mereka Taman Menteng paling strategis sekaligus bersejarah. “Iya dulunya sebelum berubah jadi taman, ini kan stadion sepak bola yang bersejarah bangetbuat Indonesia. Udah gitu, kalo di taman lain (misal:Taman Suropati), udah banyak kegiatannya. Jadi kitamilih di sini, karena belum ada kegiatan yang semacam ini di sini,” aku Edwan lagi.
Konsep baca-bacanya sendiri juga sederhana banget. Kalian bisa baca buku apa aja di sana secara gratis.Baik itu buku bawaan sendiri atau yang disediain KBBT. “Kita kan bagian dari publik dan taman ini kan salah satu ruang publik. Kenapa nggak kita mengisi Taman Menteng ini dengan aktivitas baca buku sebagai bentuk partisipasi kita di negara demokrasi.” Edwan dan kelima temen penggiat lainnya Cuma pengen mengajak orang-orang yang ada di sana buat baca buku. “Kalo nggak baca, minimal bawa buku aja, biar kita di sini bisa saling berkomunikasi. Komunikasi itu kan terjadi karena ada kesamaan. Nah dari sama-sama bawa buku jadinya kan kita bisa ngobrol dan diskusi,” tambahnya.
KBBT selalu hadir tiap malam minggu jam 19.30 sampe 22.30 wib tepat di depan rumah kaca Taman Menteng, Jakarta. Dengan kertas bertulis “Mau Pintar, Kenapa Musti Bayar” yang ditempel di kaca dan deretan buku yang digelar di atas kain hitam sederhana, kalian bisa dengan gampang menemukannya. Buku-buku yang mereka sediakan juga bervariasi. Mulai dari buku-buku lama yang susah ditemuin, seperti novel Keluarga Cemara, Larung, komik, buku politik, sosial, budaya, sampe majalah. Mereka juga nggak keberatan buat membelikan buku yang sama kalo kalian mau. “Pernah ada yang mau beli buku yang ada di sini. Cuma karena kami emang sukabuku, jadi nggak bakal kami jual. Tapi kalo bisa kami belikan, nanti kami belikan buku yang sama.” Oh iya, nggak cuma bisa baca buku apa aja secara gratis, kalian juga bisa ikut diskusi bareng dengan topik apa aja. Mulai dari musik, film, budaya, sampe politik juga pernah mereka bahas. Soalnya KBBT punya dua kegiatan diskusi, yaitu Bincang Ringan dan Mikir Keras. Kalo Bincang Ringan, pembicaranya itu adalah dari temen-temen KBBT, sementara Mikir Keras ada pembicara tamu dari luar. Selain itu, mereka juga sering bikin pementasan budaya, seperti baca puisi.

Nah biar suasana bacanya tambah seru, mereka pun menyediakan ruang buat siapa aja bermain musik. “Banyak juga yang sengaja dateng ke sini, bukan buat baca buku, tapi buat akustikan. Dan itu kita bebaskan. Lumayan buat bikin suasana jadi meriah dan nggak bosen,” kata Edwan yang mengaku kalo tim KBBT akhirnya ikut bikin band juga bernama Infus. 

Tapi yang namanya menggunakan fasilitas publik,pasti ada aja yang kendalanya. “Macem-macem sih. Awal kami di sini, kami dianggap aneh. Taman kan biasanya tempat pacaran. Kami juga pernah dicurigai menjual buku sampe-sampe lampu dari rumah kacayang jadi alat penerang utama kami buat baca, pernah dimatiin secara sengaja. Akhirnya ada pembaca yang nyeletuk deh, Baca-baca apaan gelap-gelapan gini? Nggak jelas. Ya untungnya kami tetep konsisten. Jadi, ya udah terus aja,” cerita Edwan. Sejauh ini, kata Edwan orang-orang mulai sadar sama keberadaan KBBT di Taman Menteng. Mulai dari ibu-ibu yang sengaja bawa anaknya ke sini buat baca. Mereka yang kebetulan lewat atau yang sengaja jauh-jauh ke sini buat baca aja. Tapi nggak sedikit juga yang sengaja pengen baca dan bawa buku sumbangan. Pada akhirnya, KBBT dan mereka yang mulai senang baca buku di sana berharap ruang publik ini bisa terus mereka manfaatkan buat kegiatan membaca. “Ke depannya sih kita jangan diganggu-ganggu lagi sama kegiatan-kegiatan komersil, kayak syuting sinetron. Orang yang lagi santai baca-baca terpaksa harus minggir dan pindah dari sini ke sana. Terus ke sana. Ke sana. Sampe lama-lama hak publik itu tersingkir sama kegiatan komersil.”

Ada satu pesen keren KBBT nih dari kutipan Milan Kundera. “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah.” Jadi, mari bawa buku, buka, dan baca-baca di taman. Langsung follow aja twitternya @bacaditaman kalo lo mau lebih tahu lengkap. Mau kasih buku juga boleh banget lho.


 (Intan provoke magazine edisi 94 oktober 2014)

0 komentar:

Posting Komentar